Kamis, 06 Desember 2012

curhat bumil

Bumil itu sensitiv dan ini yang rasanya tidak di mengerti oleh suami saya ( apa cuma perasaan saya aja ya)
rasanya itu saya gak pengen di larang-larang, di suruh-suruh .. adanya ya kesel sendiri, kesel ke suami juga yang suka ngelarang-larang. mungkin sepele sih, saya gak suka kalau di suruh minum vitamin dari dokter . hehe ...
padahal sih ini untuk kebaikan saya dan janin. iya saya tau, tapi saya gak mau di suruh-suruh.. maunya ya saya minum sendiri tanpa di suruh. heheh..
trus saya gak suka kalau di larang makan indomie goreng, ya ini juga memang gak baik untuk janin saya. tapi mau gimana dong saya kan pengen banget (ibu ibu yang pernah ngerasain ngidam pasti ngerti perasaan saya) itu pun saya makannya di tambahin sayur dan telor, yah pikiran saya biar ada gizinya dikit. dan itupun makannya ga sering, seminggu sekali.  sekarang juga udah bosen.



kadang masalah sepele lainnya, saya ngerasa ga di perhatiin. aduh bingung deh, rasa ini juga baru saya rasain semenjak hamil. dulu sih bodo amat kalau suami cuek. tapi sekarang kalau liat suami pulang kantor trus main
game yang bisa ngabisin waktu dia berjam-jam di depan laptop itu kok ya rasanya kuesel banget.
ujung-ujung nya saya ngambek , ngungkit-ngungkit masalah suami yang dulu akhirnya jadi drama air mata. haha  ...


Ya terkadang masalah sepele tadi malah bikin saya mengingat kembali masalah kita yang dulu . memang saya orang nya gampang meledak-ledak, emosi yang kadang kurang terkontrol. tapi biasanya saya hanya butuh waktu sebentar untuk sendiri, di situ saya lalu memikirkan apa yang saya lakukan dan apa dampak nya.
saya jadi ingat sebuah tautan seorang teman di facebook nya .




"Menikah adalah keputusan seumur hidup. Maka, sekali saja salah langkah, arah dan jalan, maka hidup anda akan berubah. Semakin dini persiapan kita, maka hal itu semakin bagus. Bila bisa diibaratkan dengan pertandingan tinju, maka ada atau tidak ada musuh anda harus melatih pukulan, jab, tangkisan, dan sebagainya.

Persiapan yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan diri menerima orang lain, menerima kekurangan dan kelebihan orang lain yang nantinya akan menjadi pendamping kita. Ingat, calon pasangan kita nantinya adalah ‘mahkluk’ asing bagi anda, meskipun mungkin anda telah mengenalnya selama 10 tahun.

Pertama, dengan berkeluarga (baca; menikah) segala kebiasan buruk dan baik kita akan terlihat, dan anda akan tahu masa lalu pasangan, begitu pula sebaliknya dia akan tahu baik dan buruknya kita. Dan yang pasti anda harus menerima itu. Ingat, hidup pasangan anda tidak dimulai ketika dia bertemu anda. Banyak sisi gelap yang akan tersingkap dan anda harus menerima itu dengan segala konsekuensi yang ada. "





Saya mengenal suami tidak cukup lama hanya enam bulan , dan itupun saya di bima dan suami di jakarta. jadi selama enam bulan itu kami hanya berkomunikasi melalui telefon. memang hanya dengan berkeluarga lah kita bisa mengenal pasangan masing-masing. pacaran bertahun-tahun pun tidak menjamin kita tau segala kebisaaan baik buruk pasangan. tapi dari kalimat yang saya garis bawahi di atas, saya baru sadar  bahwa memang hidup pasangan tidak di mulai ketika dia hidup bersama saya, dia juga punya masa lalu yang mungkin itu di luar dari prinsip yang saya pegang selama ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar